APTESI WILAYAH JATIM

APTESI (Asosiasi Petani Ternak Sapi Indonesia).

Meningkatkan Ekonomi Kerakyatan Di Era Pasar Dan Pemanasan Global.

Membangun kemandirian masyarakat petani ternak serta berperan aktif dalam rangka pemenuhan kebutuhan daging sapi yang halal, sehat dan murah bagi masyarakat Indonesia.

Membangun komunitas Aptesi yang memiliki integritas, berjiwa kebangsaan dan berwawasan global.

Jumat, 11 November 2011

RENCANA PEMASARAN


Target produksi sapi yang akan dicapai oleh APTESI DAERAH NGANJUK ditetapkan dengan mempertimbangkan potensi pasar baik lokal maupun nasional, sehingga pola pemasaran, jenis konsumen dan strategi pemasaran menjadi titik perhatian khusus.

a. Pola Pemasaran
   Direct selling menjadi pilihan utama karena dapat menekan biaya, konsumen dapat membeli langsung dikandang atau diantar ke lokasi pemotongan hewan.

b.Jenis Konsumen
   Calon konsumen yang akan membeli produk sapi potong adalah pedagang besar daging sapi yang memiliki tempat pemotongan hewan (RPH) dan ini tersebar dihampir setiap daerah.

c.Strategi Pemasaran
   Secara geografis dengan jenis konsumen yang tersebar disetiap daerah dan lokasi kandang penggemukan ada disetiap daerah akan menjadi lebih mudah bagi APTESI untuk memasarkan karena dekat dengan konsumen, ini akan berimplikasi terhadap  efisiensi biaya pemasaran.

PERSYARATAN TEKNIS


     Untuk mendapatkan hasil produksi berupa sapi sehat dengan bobot sapi yang maksimal beberapa hal yang berkaitan dengan persyaratan tekhnis harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut :

a. Lokasi kandang
Lokasi lahan yang digunakan untuk kegiatan penggemukan sapi ( kandang ) harus memenuhi standar persyaratan sebagai berikut :
-          Topografi relatif datar
-          Tersedia cukup air bersih ( kebutuhan air 70 liter/ekor/hari )
-          Mudah dijangkau oleh armada truk untuk akses ke kandang
-          Sarana dan prasarana yang cukup menunjang
-          Tenaga kerja/ anggauta kelompok tani sapi yang cakap dan terampil

b.Kandang Sapi
   Kandang per baterai dengan ukuran 3,0 m2 per ekor sapi dan dalam satu kandang ditempatkan sejumlah sapi. Konstruksi kandang dilengkapi dengan emperan seluas1,5m.
c.Sapi Bakalan
   Sapi Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan Bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Adapun ciri-ciri bakalan yang baik adalah :
  • -          berumur di atas 2,5 tahun
  • -          jenis kelamin jantan
  • -        bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar ( panjang minimal 170 cm, tinggi pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133 cm/
  • -          tubuh kurus, tulang menonjol, tatapi tetap sehat (kurus kurang pakan bukan karena sakit)
  • -          pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus
  • -          kotoran normal

d. Pakan Sapi
  Komposisi pakan terdiri dari pakan konsentrat dan hijauan alami dengan prosentase 85% dan 15%. Komposisi makanan menjadi sangat penting karena sebagai sumber energi dan pembentukan protein, kebutuhan gizi minimal untuk keperluan pertumbuhan bobot.

e. Pemeliharaan sapi
   - Frekuensi pemberian pakan sapi setiap hari
   - Kebutuhan air sebanyak 70 liter per ekor per hari
   - Kebersihan kandang harus terus menerus di jaga
   - Sapi yang sakit harus di pisahkan dari kelompok
   - Sapi jangan sampai terganggu lingkunganya

f. Panen
  Panen dapat dilakukan setelah masa pemeliharaan kisaran waktu 80-90 hari penggemukan.


TEKNIS

A. Maksud dan Tujuan

Petunjuk Teknis ini dimaksudkan sebagai pegangan rujukan bagi pengendali program dalam mengambil keputusan, juga sebagai alat pengendali dan bagian dari system dalam rangka menjalankan program guna mencapai sukses kegiatan

B. Syarat dan Ketentuan Anggota Kemitraan
1. Membuat kelompok Petani Ternak Sapi dan mendaftarkan pada APTESI Daerah
2. Membuat dan mengajukan Proposal Kemitraan lewat APTESI Daerah

3. Isi Proposal
- surat permohonan
- struktur kepengurusan Kelompok Petani Ternak Sapi
- foto copy KTP anggota kelompok Petani Ternak Sapi yang masih berlaku
- daerah rencana lokasi kandang sapi

4. Proposal diketahui oleh Kepala Desa setempat dan direkomendasi oleh APTESI Daerah

5. Proposal dibuat rangkap 6 (enam)

C. Pra Persiapan
1. Cek dan koreksi atas keabsahan dari proposal yang diajukan oleh kelompok tani secara administrative
2. Cek silang informasi yang ada di proposal dengan kondisi di lapangan, hal ini mutlak diperlukan agar  program tepat sasaran dan tercapai yang jadi tujuan
3. Rekomendasi dibuat APTESI daerah per sepuluh kelompok
4. Proposal disampaikan oleh APTESI Daerah kepada APTESI INDONESIA Pusat
5. APTESI Daerah menyiapkan kandang sapi untuk transit sapi sebelum dikirim kepada kelompok-kelompok penerima sapi


PROSES BUDIDAYA


   Budidaya sapi potong dimulai dari pemulihan, penggemukan, pemberian pakan hingga panen.

a.Proses Pemulihan 
Proses Pemulihan ini bertujuan agar sapi yang mengalami stres karena perjalanan pengiriman, mengalami penyusutan hingga 7 kg, di kandang karantina dipulihkan hingga mencapai bobot antara 270-300 kg sebelum kemudian di distribusikan ke kandang KTS.

   b.Proses Penggemukan
      Sapi-sapi bakalan ditempatkan dalam kandang terus menerus selama waktu tertentu antara 80-90 hari dan diberi ransum pakan setiap hari. Kapasitas kandang 52 ekor dengan jenis pakan gandum dan jagung yang merupakan bahan konsentrat sebanyak 5 kg per hari per ekor, selain itu diberi pula pakan hijauan alami sebanyak 4-6 kg per hari per ekor.

   c.Masa Panen
      Setelah melalui masa proses penggemukan sebagaimana pada point b diatas,  selanjutnya sapi siap panen dengan bobot mencapai 400-450 kg per ekor.


KEGIATAN OPERASIONAL


1.Strategi dan Tekhnis Operasional

 Dalam kegiatan opersional Usaha Penggemukan Sapi Potong  Pola Kemitraan dengan Petani Ternak Sapi ini, strategi yang diterapkan APTESI INDONESIA adalah : 
APTESI INDONESIA berposisi sebagai pimilik modal dengan konsentrasinya pada Manajemen Usaha dengan konsep pengelolaan profesionalisme secara total melalui APTESI DAERAH , sedangkan Petani sebagai pelaksana tekhnis yang dikumpulkan dalam satu Kelompok dibawah kendali seorang ketua, satu orang sekretaris, satu orang bendahara dan 10 orang anggauta. Kelompok tani bertanggung jawab secara tekhnis proses pemeliharaan penggemukan sapi dalam satu unit kandang dengan kapasitas 52 ekor sapi. Setiap 10 kelompok dibimbing dan diawasi oleh seorang Supervisor sebagai kepanjangan tangan dari Manajemen APTESI INDONESIA melalui APTESI DAERAH. Melalui supervisor inilah semua kegiatan dan perkembangan sapi dapat dipantau setiap saat oleh Manajemen APTESI DAERAH, karena manajemen menggunakan Tekhnologi Informasi  Sistem ( Management Information System ).

2.Rencana Pembangunan dan Operasional Kandang
             Gambaran usaha penggemukan sapi potong yang akan dikembangkan oleh APTESIINDONESIA adalah sebagai berikut :
   Tabel :
   Gambaran Usaha: Penggemukan sapi potong
  
No.
Deskripsi
Jenis/Kegiatan
Keterangan
1.
Sapi Bakalan
Limosin, BX, ACC dll 
Asal Australia dan lokal
2.
Pakan Utama
Konsentrat
Beli dan buat sendiri
3.
Lama Penggemukan
90 – 100 hari
10 hari pemulihan
4.
Pertambahan Bobot badan
1,2 kg – 1,8 kg
Rata-rata 1,5kg/hari/ekor
5.
Skala Usaha
52 ekor disetiap kandang Kelompok
Tersebar pada daerah kabupaten di 33 provinsi
6.
Target Pasar
Pasar lokal dan Nasional
Untuk pemenuhan kebutuhan daging sehat
7.
Sumber Pembiayaan
Privat
Bagi hasil

3.Lokasi Kandang
    Kandang terbagi dalam dua kategori, yaitu :
a.    Kandang karantina, kandang ini difungsikan untuk menampung sapi bakalan yang baru dibeli untuk dipulihkan masa stress-nya sebelum didistribusikan kepada kandang-kandang dikelompok tani. Kandang ini ada di setiap daerah kabupaten dengan kapasitas maksimal 300ekor sapi.

b.   Kandang Kelompok Tani Sapi ( KTS ), kandang ini berada disetiap KTS yang tersebar disetiap desa-desa di seluruh Indonesia. Dikandang inilah sapi dipelihara selama 90-100 hari atau hingga masa panen.

LEGALITAS

Asosiasi Petani Ternak Sapi Indonesia (APTESI) didirikan berdasarkan Akta No. 02 tanggal 09 September 2011 dibuat YULI PRAMONO, SH. Mkn Notaris di Tegal.

Dalam menjalankan kegiatan usahanya APTESI INDONESIA memiliki perijinan dan legalitas antara lain :
a. Tanda Daftar Perusahaan No. 112360100063
b. Surat Izin Usaha Perdagangan ( SIUP ) No. 510/39/11.22/PB/IX/2011
c. Izin Bebas Gangguan No. 530.536/263/IX/2011
d. Nomor Poko Wajib Pajak ( NPWP ) No. 31.379.731.8-501.000 tanggal 16 September 2011 dari   Direktorat Jenderal Pajak

Berdasarkan bunyi pasal 5 akta pendirian, kegiatan usaha APTESI INDONESIA diantaranya adalah Penggemukan Sapi Potong. Kegiatan usaha Penggemukan Sapi Potong akan dijalankan oleh APTESI secara professional dengan tetap mengedepankan masyarakat Petani Sapi sebagai basisnya. Setiap kelompok Tani Sapi adalah sebagai Pelaksana Pengelola pada 1 (satu) unit kandang sapi berkapasitas 52 ekor sapi.
APTESI dalam kegiatan operasionalnya berkantor pusat di Jl. Raya Singkil No. 59 Desa Lemahduwur Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah.

Susunan Pengurus Pusat APTESI INDONESIA seperti di bawah ini :
Ketua Umum : Ir. Imam Suprihanto
Ketua I : Akhsanuddin Fatih Al-Dipo
Ketua II : Abdul Aziz
Ketua III : Rudiyana
Sekertaris : H. Solichin
Wakil Sekretaris : Syaekhul Bakhri
Bendahara : Hj. Maesaroh
Wakil Bendahara : Andi Suwandi


MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan Penggemukan Sapi Potong dengan konsep Pola Kemitraan adalah :

  • - Dapat lebih cepat dalam memenuhi akan kebutuhan daging sapi di dalam negeri karena dilakukan secara massal dan tersebar di Indonesia
  • - Bisa menciptakan lapangan kerja baru yang berbasis pada potensi lokal
  • - Bisa meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat khususnya Petani Ternak Sapi
  • - Bisa menggerakkan roda perekonomian daerah
  • - Membawa dampak pengelolaan lingkungan secara berkesinambungan

Disamping itu Penggemukan Sapi Potong dengan Pola Kemitraan ini akan membawa dampak social ekonomi diantaranya :
  • - Tergarapnya potensi dan sumber daya local untuk dikembangkan menjadi kegiatan usaha yang produktif dan konstruktif karena bersinggung langsung dengan masyarakat.
  • - Kestabilan lingkungan social dan keamanan yang nyaman karena masyarakat khususnya Petani Sapi mempunyai lahan ekonomi secara mandiri
  • - Membuka peluang kerja bagi banyak orang

Kamis, 10 November 2011

PENDAHULUAN

          Bismillahirahmannirrohim, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa dan salam atas junjunan Nabi Besar Muhammad SAW, bahwasannya atas kehendak-NYA kami sudah sedang melaksanakan pengembangan ternak sapi potong dengan pola kemitraan antara APTESI Indonesia  Pusat dengan APTESI Daerah Nganjuk juga peran serta masyarakat.
      
            Pasar global sangat berpengaruh terhadap perekonomian daerah, persaingan ekonomi yang ketat mengakibatkan urbanisasi       besar-besaran untuk memenuhi kebutauhan ekonomi secara instan yang berakibat terjadinya kekosongan sumber daya manusia yang berpotensi.

            Konsekwensi logis untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan sumber daya di daerah pada khususnya untuk masa yang akan datang, kami sebagai putra daerah yang di kemas APTESIKABUPATEN NGANJUK ikut serta berperan aktif dalam program Pemerintah dalam “Pemberantasan Kemiskinan” dalam tema “Peningkatan Ekonomi Kerakyatan di Era Pasar dan Pemanasan Global”.

            Konsep kemitraan ini, sebagai alternaftif bisnis investasi jangka pendek untuk semua kalangan yang sangat memungkinkan untuk peningkatan ekonomi berkelanjutan dan pemulihan ekonomi.

APTESI DAERAH NGANJUK dan masyarakat anggota kelompok tani APTESI pada awalnya hanya akan mengembangkan sekitar 60 kelompok ternak dengan sistem bagi hasil yang saling menguntungkan dengan management sederhana dan berjalan sesuai dengan proggres yang diharapkan.

Namun begitu melihat prospek dan respon konsumen juga respon anggota kelompok tani APTESI yang semakin meluas, Kami management APTESI KABUPATEN NGANJUK telah berkoordinasi dengan APTESI INDONESIA PUSAT, dan siap untuk melebarkan sayap demi peningkatan ekonomi kerakyatan di seluruh wilayah Indonesia.
            Usaha peternakan sapi potong tersebar di beberapa daerah di Indonesia dan sebagian besar masih dikelola secara konvensional, karena lebih merupakan usaha sampingan. Hal ini terjadi karena jika dikelola secara besar dengan teknologi modern akan membutuhkan investasi yang besar dan ini yang menjadi kendala utama bagi para petani ternak sapi, meskipun demikian dengan pola konvensional bukan berarti tidak dapat mendongkrak keuntungan yang lebih baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sapi merupakan golongan hewan RUMINANSIA, untuk mempercepat pertambahan bobot sapi tidaklah cukup hanya mengandalkan pakan hijauan saja tapi harus dikombinasikan dengan pakan konsentrat juga nutrisi lainnya.

              Disisi lain kebutuhan akan daging sapi masih jauh dari cukup jika hanya mengandalkan dari sapi local, terbukti 350.000 ekor atau setara 30.000 ton daging sapi import dari Australia masuk ke Indonesia, untuk menutup kekurangan kebutuhan daging sapi nasional.

             Untuk itu guna memenuhi daging sapi di dalam negeri perlu dilakukan proses percepatan dalam gerakan budi daya sapi khususnya sapi potong. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah Penggemukan Sapi potong dengan tetap melibatkan masyarakat Petani Sapi sehingga membawa dampak ekonomi kerakyatan yang pada akhirnya bisa menumbuhkan pendapatan perkapita masyarakat itu sendiri. Meskipun demikian pengelolaannya tetap harus dalam konteks Manajemen yang professional, karena itu APTESI DAERAH NGANJUK dan APTESI INDONESIA PUSAT menyodorkan sebuah konsep kemitraan dengan para petani ternak sapi dengan srategi teknis mengedepankan pemberian pola pakan yang baik dan benar, ditunjang kandang yang layak dan didampingi manajemen pengelolaan serta dukungan modal yang kuat, dengan hasil akhir adalah Daging Sapi Sehat Murah dan Petani ternak-nya Sejahtera.

              Konsep dasar APTESI INDONESIA seperti tersebut di atas dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pemeliharaan sapi potong ini, baik dari sisi Kuantitas, Kwalitas dan Kesehatan Sapi serta Kesejahteraan bagi para Petani.